Kesehatan mental semakin menjadi isu serius di abad ke-21. Pandemi COVID-19 memperburuk situasi, membuat angka depresi dan kecemasan meningkat drastis di seluruh dunia.
Meski demikian, banyak negara masih menganggap kesehatan mental sebagai isu sekunder. Anggaran kesehatan lebih banyak difokuskan pada penyakit fisik.
Data WHO menunjukkan bahwa satu dari delapan orang di dunia hidup dengan gangguan mental. Namun, hanya sebagian kecil yang mendapatkan akses terapi memadai.
Stigma sosial juga membuat banyak orang enggan mencari bantuan. Di beberapa budaya, depresi masih dianggap kelemahan pribadi, bukan masalah medis.
Perusahaan mulai menyadari pentingnya isu ini. Banyak yang menyediakan program konseling gratis untuk karyawan.
Kesimpulannya, kesehatan mental adalah krisis global yang harus segera ditangani. Dunia butuh kebijakan serius agar isu ini tidak terus diabaikan.