Urban Farming: Berkebun di Tengah Kota Padat

Urban Farming: Berkebun di Tengah Kota Padat

0 0
Read Time:55 Second

Keterbatasan lahan tidak lagi menjadi halangan bagi orang yang ingin berkebun. Tren urban farming atau pertanian kota kini semakin populer, terutama di tengah meningkatnya kesadaran akan pangan sehat dan berkelanjutan.

Urban farming memanfaatkan lahan sempit di perkotaan, seperti atap gedung, balkon apartemen, atau lahan kosong untuk menanam sayuran, buah, dan rempah. Dengan bantuan teknologi hidroponik atau aquaponik, hasil panen bisa maksimal meski ruang terbatas.

Bagi masyarakat kota, urban farming bukan hanya soal hasil panen, tetapi juga terapi mental. Aktivitas menanam memberi rasa tenang, mengurangi stres, dan mempererat hubungan sosial di komunitas perkotaan.

Pandemi COVID-19 mempercepat tren ini. Banyak orang mulai menanam sendiri untuk memastikan ketersediaan pangan segar saat pasokan terganggu.

Selain itu, urban farming juga berkontribusi pada keberlanjutan. Mengurangi ketergantungan pada distribusi pangan jarak jauh berarti mengurangi jejak karbon.

Pemerintah di beberapa kota besar sudah mulai mendukung gerakan ini dengan memberi insentif atau menyediakan fasilitas publik untuk pertanian kota.

Meski hasil panen tidak sebesar pertanian tradisional, urban farming memberi kontribusi penting dalam ketahanan pangan kota.

Urban farming membuktikan bahwa gaya hidup hijau bisa dimulai dari rumah, bahkan di tengah gedung-gedung pencakar langit.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%